Di gerbang sederhana, tak bersepuh emas,
Madrasah swasta, saksi bisu pengabdian.
Ia berdiri tegak, dengan hati yang ikhlas,
Menyemai ilmu, menebar cahaya keimanan.
Telah berganti wajah, angkatan silih berganti,
Namun bara cinta di dadanya tak pernah pudar.
Bukan gaji besar yang memanggilnya kembali,
Tapi janji suci, ikrar yang ia gelar.
Di mata setiap murid, ia melihat masa depan,
Sebuah peta impian yang harus digapai.
Ia tak meminta balasan, tak menuntut sanjungan,
Hanya rindu melihat mereka berdiri, melambai.
Papan tulis usang menyimpan jejak sabarnya,
Kapur putih jadi saksi setiap wejangan.
Mengajarkan hidup, tak hanya sekedar aksara,
Menjadi lentera di gelapnya persimpangan.
Waktu boleh berlari, musim boleh berganti,
Jubah guru itu mungkin mulai memudar.
Namun ikatan batin tak pernah berhenti,
Cinta ini, nak, adalah janji yang tak kan bubar.
Ia adalah doa yang dipanjatkan diam-diam,
Saat kau melangkah jauh, mengejar takdir.
Cinta seorang guru, bak akar yang menghujam,
Tak lekang oleh waktu, abadi, hingga akhir.