
(MAU Al-Imdad, Bantul) – Setelah mengakhiri proses kegiatan pembelajaran dengan mengimplementasikan kurikulum Merdeka pada tahun pelajaran 2024/2025 yang ditandai dengan berakhirnya Penilaian Akhir tahunan, Madrasah Aliyah Unggulan Al-Imdad melaksanakan Sosialisasi Kurikulum termutakhir untuk tahun pelajaran 2025/2026 di Ruang Aula MA Unggulan Al-Imdad, kompleks PP. Al-Imdad II, Kedung, Pajangan, Bantul, DIY pada Rabu (4/6).
Kegiatan ini dikemas dalam bentuk workshop kurikulum dengan tema “ Bedah Raport Pendidikan dan Sosialisasi Kurikulum Cinta dengan pendekatan Deep Learning” dengan nara sumber Heni Prilantari, M.Pd. Pengawas Madrasah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bantul.
Kepala Madrasah Aliyah Unggulan Al-Imdad, H. Ahmad Murod, S.Ag. dalam sambutannya, beliau menekankan bahwa Kurikulum Pendidikan harus disesuaikan dan mengikuti perkembangan zaman, maka jangan kaget kalau ada ungkapan istilah kurikulum baru, berganti kurikulum. Istilah kurikulum baru dan berganti-ganti pada esensinya bukan berganti subtansi secara menyeluruh akan tetapi hanya model dan cara penyampaiannya saja yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Kalua zaman dulu memberikan materi dengan ceramah akan mudah diterima oleh murid, akan tetapi pada zaman sekarang, menghadapi generasi Alpha, harus disesuaikan model dan cara penyampaian materinya.
Kementerian Agama Republik Indonesia telah menggagas penerapan Kurikulum Cinta di lingkungan pendidikan terutama di lingkungan Pendidikan Dasar. Hal ini menjadi inisiatif dalam pengembangan pendidikan agama dan keagamaan yang bertujuan menanamkan nilai-nilai cinta kepada Tuhan, sesama manusia, lingkungan, dan bangsa sejak usia dini.
Kurikulum ini, menekankan empat aspek utama. Pertama, membangun cinta kepada Tuhan (hablum minallah). Anak-anak sejak dini dibiasakan memperkuat hubungannya dengan Allah. Kedua, membangun cinta kepada sesama manusia (hablun minannas), apa pun agamanya. Anak-anak harus dibiasakan dengan keberagaman, membangun Hablum Minannas yang kuat. Ketiga, membangun kepedulian terhadap lingkungan (hablum bi’ah). Kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini harus ditangani secara terstruktur dan sistematis sejak dini. Anak-anak kita harus disadarkan akan pentingnya menjaga lingkungan. Keempat, kecintaan terhadap bangsa (hubbul wathan). Ini juga menjadi pilar penting dalam Kurikulum Cinta. Anak-anak kita harus diperkuat dalam hal berpegang dan melestarikan budaya Nusantara”.
Kurikulum Cinta bukan merupakan kurikulum baru, melainkan kurikulum yang diintegrasikan ke dalam berbagai mata pelajaran yang sudah ada.
Dengan Kurikulum Cinta yang diimplementasikan harapannya kualitas Pendidikan dapat berkembang, terlebih di Madrasah Aliyah Unggulan Al-Imdad Bantul.
Pada kesempatan ini, Puji Astuti, S.Pd. selaku Waka Kurikulum MA Unggulan Al-Imdad ketika diwawancarai melalui pesan WhatsApp menyampaikan target wokshop yang digelar oleh bidang kurikulum, “Ada beberapa tujuan dan target dari workshop. Pertama, evaluasi berkaitan dengan hasil raport pendidikan madrasah. Dengan harapan ke depannya dapat meningkatkan mutu pendidikan di MA Unggulan Al-Imdad. Kedua, meningkatkan kompetensi guru dalam proses pembelajaran dengan regulasi kurikulum yang berlaku. Ketiga, bisa mengaplikasikan pembelajaran mendalam dengan prinsip berkesadaran, bermakna dan menggembirakan dalam proses pembelajaran sesuai dengan arahan dari Bapak Mentri Pendidikan,” tulisnya.
Ditanya tentang perbedaan Kurikulum Cinta dan Kurikulum Merdeka, Waka Kurikulum menyampaikan bahwa kurikulum Berbasis Cinta dan Kurikulum Merdeka tidak berdiri sendiri atau tidak saling menggantikan tetapi keduanya saling berkolaborasi dan bersinergi bersama-sama.
Kurikulum berbasis cinta dirancang dengan menitikberatkan pada pengembangan karakter, pembelajaran berbasis pengalaman serta perhatian mendalam terhadap aspek sosial dan emosional dalam pendidikan. Dengan demikian diharapkan bisa melahirkan insan yang humanis, nasionalis, naturalis, toleran, dan selalu mengedepankan cinta sebagai prinsip dasar dalam kehidupan.