Bantul – Joglo Religi Madrasah Aliyah (MA) Unggulan Al-Imdad dipenuhi oleh para peserta bincang majalah dan bedah buku “Surat Jibril” yang terlihat antusias sejak pagi hingga siang hari mengikuti diskusi yang digelar pada 16 Agustus 2023 di Joglo Religi, MA Unggulan Al-Imdad. Diskusi yang menghadirkan para sastrawan senior dan juga Pemimpin Redaksi Majalah Sastra Horison, Jamal D. Rahman, Joni Ariadinata, dan penulis antologi buku “Surat Jibril”, Maftuhah Jakfar.
Acara yang ditujukan khusus untuk Tim Redaksi Majalah dan Broadcast Al-Imdad dan para pegiat sastra sekolah MA Unggulan Al-Imdad ini dihadiri oleh Kepala Sekolah MA Unggulan Al-Imdad, K.H. Ahmad Murod, S.Ag. Kepala sekolah menyampaikan terima kasih kepada para narasumber yang telah bersedia mengisi acara tersebut. Lebih lanjut, kepala sekolah berpesan kepada siswa-siswinya bahwa acara ini sangat bagus dan langka karena bisa dihadiri oleh sastrawan senior. Dengan demikian, diharapkan siswa-siswi yang hadir bisa menyerap banyak hal positif dan menjadi motivasi untuk semakin gemar menulis.
Seusai sambutan oleh kepala madrasah, acara dilanjutkan dengan pembacaan puisi oleh Nailun Najwa (kelas XII MIPA 1), Gading Wandira Putra Khoiri (kelas XII MIPA 2), Muhamad Dafa Nur Rohman (kelas XI MIPA 3), dan Muhamad Dafi Nur Rohim (kelas XI MIPA 3). Setelah pembacaan puisi, acara dipandu oleh Fajar Nur Kholifah, S.H. salah satu guru MA Unggulan Al-Imdad.
Pada awal ceramah, Jamal D. Rahman, yang kerap diundang mengikuti acara-acara sastra di dalam dan luar negeri, telah membuat suasana diskusi semarak dan memancing penasaran dengan menantang para siswa-siswi untuk melantunkan nadhom Alfiyah Ibnu Malik, Imrithi, Aqidatul Awam dan Sholawat Badar. Ia juga menanyai kebiasaan santri terkait kapan nadhom-nadhom tersebut dilantunkan di pesantren Al-Imdad.
Tantangan ini ternyata bisa dipenuhi oleh para siswa dan siswi yang melantunkan semua nadhom yang diminta dari awal hingga selesai di luar kepala. Hal ini mendapatkan apresiasi yang sangat baik dari narasumber. Lebih lanjut, dari tanya jawab dengan peserta diskusi tersebut, dengan cukup mengejutkan narasumber memberikan sebuah pernyataan, “Setiap santri tiap hari itu baca puisi,” pernyataan ini membuat penasaran para peserta diskusi, “Alfiyah, Imrithi, Aqidatul Awam, dan Shalawat Badar itu adalah puisi,” katanya dengan tutur kata yang sangat mengesankan. Kembali peserta terpukau dan sekaligus tersenyum bahagia dan bangga. Kitab Alfiyah merupakan kitab yang berisi Kaidah Nahwu yang terdiri dari 1002 bait dan ditulis dengan persajakan atau rima yang indah. “Di sekolah manapun tidak ada pelajar yang tiap hari baca puisi, tapi di sini, di Al-Imdad, seluruh siswa baca puisi dan bahkan menyanyikannya tiap hari sehingga benar-benar hapal. Mungkin ada yang hapal sekian bait tapi ada juga yang hapal hingga seluruh bait. Ini berarti, tidak ada santri yang tidak baca puisi,” sambungnya yang disambut tepuk tangan yang meriah dari para peserta bedah buku.
Dalam diskusi ini, sastrawan senior ini juga mengapresiasi buku kumpulan karya siswa MA Unggulan Al-Imdad yang berjudul “Membesuk Rindu” yang diterbitkan pada tahun 2023. Salah satu apresiasinya dengan menantang para peserta untuk membaca salah satu genre puisi tradisional yang ditulis di buku tersebut yang berjudul “Syi’ir Santri” dan seorang siswa yang bernama Muhammad ‘Afifudin Kholilur Rohman maju ke depan untuk menyanyikan puisi yang ditulis oleh Veri Fadhli Yasin, kakak kelasnya yang baru lulus bulan Juni yang lalu.
Pembicara selanjutnya adalah penulis buku “Surat Jibril”, Maftuhah Jakfar. Penulis yang memiliki suara emas ini juga mengajak para peserta untuk melantunkan puisi-puisi berbahasa Arab. Selain itu, penulis buku ini juga menyanyikan puisi Veri Fadhli Yasin dengan sangat indah meski buku baru saja diterima saat berada di dalam forum diskusi. Maftuhah juga menceritakan tentang proses kreatf lahirnya buku tersebut yang ditulis dalam kurun waktu 6 tahun sebelum dirilis pada tahun 2023. Ia juga membagi-bagikan buku untuk para peserta yang mau mengangkat tangannya untuk memenuhi tantangannya yang ternyata adalah membaca puisi-puisi karyanya. Tercatat Nuha Azizah Sadza, Misbahul Munir dan guru bahasa Indonesia, Siti Zaenab, S.Pd. yang membacakan puisi-puisi penyair gelombang kedua.
Pada acara ini, hadir pula penyair senior, Joni Ariadinata. Penyair yang meraih banyak penghargaan sastra nasional dan asia tenggara ini berbagi inspirasi dan memotivasi para peserta bedah buku dengan kisah hidupnya yang memotivasi dia hingga menjadi sastrawan yang memperoleh berbagai penghargaan dan bahkan bisa berkunjung dan menjadi pembicara di berbagai negara.
Acara yang berlangsung dengan semarak ini juga membuka sesi tanya jawab. Adapun para siswa yang bertanya adalah Nailun Najwa, Azalia Nanda Bahy, M Afifudin Kholilur Rahman, dan Muhamad Dafi Nur Rohim. Afifudin bertanya mengenai sebutan atau padanan tentang guru lagu atau bahr bagi pembacaan puisi dalam bahasa Indonesia. Sementara Muhamad Dafi Nur Rohim menanyakan tentang puisi tradisional dan jenis rima di Indonesia apakah memiliki kesamaan dengan rima di tingkat internasional. Azalia Nanda Bahy sendiri lebih banyak menyoroti dan bertanya tentang pengelolaan majalah.
Pada kesempatan kali ini para siswa yang merupakan reporter Majalah dan Broadcast MA Unggulan Al-Imdad juga berkesempatan melakukan wawancara eksklusif kepada ketiga narasumber sebagai bagian dari program kegiatan Broadcast Siswa MA Unggulan Al-Imdad sekaligus menjadi pengalaman yang sangat membanggakan bisa mewawancarai sastrawan papan atas dalam sejarah sastra Indonesia.
Kontributor : Mar’atul Uliyah, S.S.